Makna Rangkuman Buku Tentang Kebaikan



                                      BUKU TENTANG KEBAIKAN

                                                Pengantar:
                                      Dodi Mawardi, Directur Eksekutif
                                                Character Building Center
                                      Oleh : JONIH RAHMAT

Saya menulis di blog ini karena saya menyukai Buku ini buku yang berjudul “Buku Tentang kebaikan”. Buku ini memberi manfaat dan hikmah kepada kita dalam menjalankan kehidupan kita sehari hari.Berikut saya rangkum agar saya tidak kepanjangan isi isnya,.....hehehehehe...:>


                                      DAFTAR NAMA
Kata Pengantar
Perhiasan paling berharga                                                                              

Kata penulis                                                                                                  

Bagian Pertama: Kemanusiaan                                                                                          
            1.Membahagiakan Orang Lain                                                                       
            2.Kekuatan Kasih Sayang                                                                              
            3.Empat Ratus Tahun Beribadah                                                                               
Bagian kedua: Kerendahan Hati
            1.Jangan Terlalu Memikirkan Dunia                                                              
            2.Aku Tak Bisa Shalat                                                                                   
            3.Belajar Merendahkan Hati                                                                          
Bagian Ketiga: Berlapang Dada
            1.Nilai Nilai Kebenaran                                                                                 
            2.Atas Nama Agama                                                                                      
Bagian Keempat: Keluarga
            1.Tetap Bersama                                                                                            
            2.Ingin Berpisah                                                                                             
Bagian Kelima: Memahami Dengan Ilmu
            1.Mengedepankan Kepentingan Umum                                                        
`           2.Kata dan Prerbuatan                                                                                               
            3.Merasa Pintar                                                                                                                      

Tentang Penulis                                                                                                        
             
                                      KATA PENGANTAR
                             PERHIASAN PALING BERHARGA
Membaca tulisan Kang Jonih,kita sebagai pembaca diajak untuk selalau merenung.Namun,ajakannya sangat ringan,nyaris tak terasa seperti ajakan. Padahal, renungan yang ditawarkan teramat dalam maknanya.Kisah kisahnya amat berwarna. Jika diibaratkan makanan,seperti gado gado. Kadang pembaca akan memberi komentar miring ‘Kok, Yang seperti ini saja dibahas,sih?’’Namun,kemudian ia tersenyum tanda sepakat atau sebaliknya langsung mengangguk angguk setuju.Ya,Kang Jonih menawari dan mengingatkan kita tentang betapa penting akhlak mulia.Apa pun status kita,Bagaimana latar belakang kita, yang paling harus menjadi perhatian adalah akhlak.Sepanjang kita masih bisa menjaga akhlak tetap  mulia,semua hhal dapat dilewati dengan penuh makna.Setiap peristiwa adalah berkah,setiap bencana adalah ujian,dan setiap nikmat merupakan pengingat syukur paling mujarab.
            Sekarang ini akhlak mulia menjadi barang yang amat langka.Mungkin lebih langka dibandingkan dengan harimau Sumatra atau Badak cula Satu  di Ujung Kulon.Akhlak mulia juga mulai ditingalkan .Seolah olah ia adalah benda berbau tajam yang tak sedap dihirup.Padahal sejatinya adalah perhiasan utama.Dia lebih berharga dibandingkan harta dan lebih bernilai kembang permata.Manusia berakhlak mulia mendapatkan posisi tertinggi di hadapan Tuhan, Allah Subhana wa ta’aala.
            Akhlak mulia tidak memandang jabatan,pangkat,atau status seseorang.Akhlak sangat bersifat pribadi,tetapi mewujud dalam pikiran,ucapan,sikap,dan tindakan seseorang.Akhlak bisa dilihat secara kasatmata,seperti dalam berbagai kisah yang dituturkan dengan ringan oleh kang Jonih,sosok yang berhati mulia.
Bangsa ini butuh manusia manusia berakhlak mulia dan berkarakter,agar mampu  menuntun negeri ini menuju kondisi yang lebih baik.Buku ini sedikit banyak menyumbangkan  pemikiran dan pengaruh terhadap karakter,yang ujung ujung nya akan membantu mempercepat pembangunan bangsa indonesia yang adil,makmur,dan sejahtera seperti cita  cita pendiri bangsa ini.Besar kecil sumbangan itu relatif.Namun ,seperti  sebuah ungkapan, ‘Lebih baik menyalakan lilin jika tidak mampu menerangi dengan lampu petromaks.’’
            Semogai isi buku ini memberi manfaat besar buat para pembaca. Isinya bagaikan perhiasan paling bernilai dalam bentuk akhlak mulia.

Dodi Mawardi
Penulis buku Belajar Goblok dari Bob Sadino
Direktur Eksekutif Character Building Center
                                                                                                                                    Xiii
                                                KATA PENULIS
Setelah buku Malaikat Cinta tersebar di toko toko buku Gramedia dan diminati banyak pembaca,banyak orang dari berbagai kota (bahkan dari berbagai mancanegara) melaui pos elektronik, pesan pendek,dan telepon menanyakan, ‘’Kapan menulis buku kedua?’’.
            Menjawab pertanyaan pertanyaan itu,inilah buku yang dinanti.Kumpulan tulisan ini berisi sharing yang saya tulis dan beberapa darinya saya kirimkan untuk kawan kawan di banyak milis.Sebagian besar tulisan itu masih panas atau hangat karena baru beberapa hari lalu saya menuliskannya.Bagian lainya mulai dingin atau malah sudah agak membeku.Sebab sudah lama menyusunnya.Akan tetapi,walaupun dingin, masih sedap untuk disantap.Coba saja!.
            Tulisan dalam buku ini,terutama,berasal dari pengalaman keseharian dalam kehidupan saya di pinggiran kota Bogor,baik pengalaman dalam mengasuh anak anak yatim dan duafa maupun dalam berinteraksi dengan tetangga dan para tamu yang datang.Artikel artikel lainya lahir dari isu isu yang sedang hangat di masyarakat atau dari tempat tempat diskusi,baik dikantor maupun di lingkungan lain.
            Saya mendapat banyak respon dari kawan kawan yang membaca artikel artikel tersebut.Bisa dikatakan,semuanya berisi pujian bahwa tullisan tulisan itu sangat bagus,menyentuh,mencerahkan dan menginspirasi.Karena spektrum tulisan naskah ini agak luas,saya agak sulit memberi judul yang bisa merefleksikan kandungan umum isi buku. Beberapa pembaca menyarankan untuk mengambil dari salah satu judul tulisan.Namun,saya teringat pada e-mail dari kawan lama yang hingga kini masih gagah dan tetap berkumis tebal ketika ia mengomentari kiriman kirmian saya waktu itu.Budi Tamtomoi,sahabat saya ini,menyarankan untuk membukukan tulisan tulisan tersebut dengan judul BUKU TENTANG KEBAIKAN.Saya ingat kembali pos elektronik lama itu,saat melihat wajahnya di Manggala Wanabakti,minggu kedua bulan Desember yang baru lalu,ketika ia menjadi among tamu untuk acara ibu dan ayah Aras,dua orangyang berbudi baik kepada keluarga kami.Jadilah nama buku itu sesuai masukannya.Maturnuwun, Bud!.Untuk Mbak Yudith dan Bu Fia di Gramedia,terima kasih atas kerja sama yang baik,dan berkenan menerbitkan kumpulan tulisan ini.
            Khusus untuk Al-mar”atu Ash-shoolihatu,zaujatii,Sri Wardhani,walau tampak tidak banyak berkata kata, ternyata dalam diskusi diskusi,dia memberikan kontribusi yang berarti,”Nuhun bageur,nya!”
            Syukur saya panjatkan untuk yang pertama kali mengajarkan membaca kepada Al-Musthofaa,atas tidak putus putusnya menganugerahkan kepada saya inspirasi inspirasi dan kemampuan untuk menulis.Allaahumma Waj`alnii minasysyaakiriin.
            Seperti judulnya,saya berharap,buku ini akan memberikan kebaikan kepada semua pembaca dan orang yang terlibat dalam penulisan hingga penerbitan dan distribusinya

Salam hangat selalu,
Jonih Rahmat
                                                Bagian Pertama
                                       Kemanusiaan

                             1.Membahagiakan Orang Lain
Selasa,24 juli lalu,saya naik kereta commuter line dari Bogor menuju Jakarta.Kereta pagi,seperti biasa,penuh sesak dengan orang orang Bogor yang merumput di Jakarta.
            Seorang ibu muda,berkerudung,duduk di sebelah saya.Sepanjang perjalanan,nyaris tak lepas dari membaca.Tidak bermaksud mengintip,tapi karena duduknya berdekatan,secara tidak sengaja,aktivitasnya terlihat oleh sudut kiri mata saya.Apa yang dibacanya?
            Ibu itu,sibuk dengan telepon seluler canggih buatan negeri ginseng yang ia mainkan,berkomunikasi dengan....entahlah....mungkin keluarga atau temannya.Dengan telepon seluler gusnya; ia pun bertadarus,membaca al-qur`an.Sempat pula ia membaca buku kecil berisi doa doa.
            Dari stasiun pun,penumpang semakin memenuhi ruang dalam kereta.Seorang wanita hamil naik dari Stasiun Citayam atau Depok,lupa saya; terlihat memerlukan tempat duduk.Dengan sigap,ibu tadi mempersilakan ibu berbadan dua itu menggunakan kursi kecil yang tadi ia duduki.Ia sendiri,lalu,berdiri sambil terseok seok.Karena dorongan sekelompok besar penumpang yang baru naik.
            Walaupun hanya hal kecil,memberikan tempat duduk kepada yang lebih memerlukannya,dia telah meringankan beban orang lain.Hati saya spontan berkata,”Barang siapa meringankan beban orang lain didunia,akan diringankan bebannya diakhirat nanti.”Tentu saja si Ibu hamil merasa senang.Agama dan Budi Pekerti mengajarkan agar kita,dalam hidup keseharian,baik dikantor,dilingkungan rumah,maupun dimana saja,untuk senantiasa berbuat baik kepada siapapun.Amal baik tidak mesti berupa materi.Senyum,tegar sapa,atau sedikit canda tanda keakraban juga amal saleh.”Sebaik baik amal saleh adalah memasukkan rasa bahagia kepada orang lain”.
            Dalam Ushul Fiqh ada qoidah yang disebut sebagai mafhum mukholafah,pengertian kebalikan.Jika “sebaik baik amal saleh adalah memasukkan rasa bahagia kepada orang lain”,”seburuk buruk amal adalah memasukkan rasa kecewa kepada orang lain”.
            Diakhirat nanti akan ada makhluk yang membimbing kita .Jenis makhluk itu menyenangkan atau tidak menyenangkan ,tergantung amal amal kita di dunia.Kalau didunia ini kita sering beramal saleh,banyak orang yang senang dengan kehadiran kita,kita akan beruntung .Sebaliknya,apabila ketika hidup ini didonimasi dengan amal salah,banyak orang takut kalau ketemu kita,banyak orang terlukai hatinya,kita akan merugi.
            Akan datang menjadi pemandu kita,seseorang berwajah enak dipandang. Dibimbingnya kita ke tempat tempat yang baik.Ditunjukkannya tempat tempat yang indah.Ini adalah taman bunga.Itu bukit bukit hijau,dan disana itu adalah sungai yang airnya sangat jernih,mengalir deras.Semuanya untukmu!”
            Tibalah saat berpisah .Waktu itu kita akan bertanya,”Siapa kamu?”.
            Makhluk itu akan menjawab,”Saya adalah rasa bahagia yang kau berikan kepada orang lain”.
            Ibu muda yang rajin membaca itu telah memberikan rasa bahagia kepada orang lain.
            Sebelum menutup tulisan ini,saya akan menyampaikan sebuah pepatah Arab:

“Ketika engkau dilahirkan,engkau menangis menjerit;sementara orang di sekitarmu tertawa gembira.Beramallah untuk dirimu ,hingga kelak, di saat kamu mati;orang disekitarmu menangis sedih,sementara kamu........tersenyum bahagia.”

                             2.Kekuatan Kasih Sayang
Seorang tinggi besar,bertopeng,bersenjatakan pemukulbaseball merampok sebuah minimarket di Shirley,New York,Amerika Serikat.Sang Perampok memukul memukulkan baseball bat-nya kepada pemilik foto.Sementara,Muhammad Suhaili,pemilik toko,membungkuk-bungkukkan badan,berlindung di balik meja kasir,menghindari pukulan pukulan sang perampok.
            Dari balik meja,Suhaili tiba tiba bangkit berdiri dengan senapan laras panjang di tangan.Ujung senapan mengarah kepada sang perampok.
            Sang perampok sama sekali tidak menyangka hal itu bisa terjadi.Dia panik.Ia,yang semula merasa sebagai pengancam,seketika berbalik posisi menjadi yang terancam.Lelaki tinggi besar itu serta merta berlutut dan tersungkur,bersujud.Orang ini menangis menjerit jerit sambil berkata,”Kami tidak punya uang,tidak punya makanan.Sudah satu minggu anak anak dan istri saya tidak makan.”
            Suhaili kaget,bagaimana mungkin seseorang berbadan besar dan baru saja bersikap garang hendak membunuh dirinya sekonyong konyong menangis dan tersungkur di hadapannya..
            Lebih kaget lagi,Suhaili mendengar pengakuan perampok itu bahwa ia dan keluarganya sudah satu minggu tidak menemukan makanan.
            Bukannya balik marah kepada orang yang hendak mecelakakan dirinya ,Suhaili malah jatuh iba pada orang itu.Sementara satu tangan tetap mengenngam senapan untuk berjaga jaga,tangan lain Suhaili mengambil uang dan laci.Diberinya si penjahat empat puluh dolar dan  diminta segera meninggalkan tempat itu.Pemilih toko pun tidak melaporkan kejadian ini kepada polisi.Ia biarkan si “mantan”perampok pergi dengan empat puluh dolar tadi.
            Lalu terjadinya suatu pemandangan yang mungkin baru pertama kali terjadi di dunia .Si perampok mengulurkan tangan:Perampok dan yang akan dirampok bersalaman!.
            Sang perampok,sebelum meninggalkan toko,mengucapkan syahadat.Dia masuk islam.
            Tayangan ini saya lihat Kamis malam pekan lau dari rekaman YouTube dengan judul,lebih kurang,”To All Who Hate Muslims”.

Lauren Booth,seorang jurnalis inggris ,adik Cherie,istri Tony Blair,menulis banyak tentang Palestina.Suatu hari di London ia bertemu delegasi Palestina.
            “Kalau Anda suka meliput berita Palestina,mengapa tidak datang saja ke sana?”    
            Sebenarnya,sudah lama Lauren ingin datang ke negeri yang sering ia tulis artikelnya ini.Namun, rasa negeri menghantuinya.Ia khawatir di negeri “para teroris” itu terjadi sesuatu yang bisa membahayakan keselamatan dirinya.Akan tetapi,Setelah sekian lama,keingintahuannya yang kuat,akhirnya,membawa dia ke Palestina.
            Setelah melewati berbagai pemeriksaan di Check Point Lauren bertemu Mahmoud Abbas,pemimpin Palestina.Disitu dia mendengar para serdadu berbicara di walkie talkie dalam bahasa Arab.Berada diantara orang orang yang selama ini ia anggap sebagai manusia paling kejam,para teroris,Lauren membayangkan percakapan para serdadu itu,mungkin,berarti “.....kita akan membunuh wanita ini sebentar lagi!”
            Wanita berani ini lalu masuk perkemahan para pengungsi di Ramalah.Para penghuni tenda menyambut Lauren dengan hangat.Waktu itu,bulan puasa,Lauren tiba di tenda saat menjelang magrib.Santapan berbuka terhidang didalam tenda Lauren diajak makan bersama .Sesuatu yang tidak pernah terbetik dalam benaknya,”Ternyata orang orang Palestina,yang selama ini disebut sebut sebagai teroris itu ramah ramah!”
Manusia adalah makhluk psikologis yang sensitif tehadap sesuatu yang datang dari luar.Kalau yang datang itu membuat dia merasa nyaman,aman,menyejukkan hati: boleh jadi hal baru itu lebih mudah masuk.Akan tetapi, kalau kebalikannya,mungkin yang muncul adalah kebencian dan kemarahan.Perampok dan wartawan itu masuk islam bukan sebab zikir yang banyak,bukan pula lantaran dakwah yang keras,melainkan karena kelembutan hati dan kasih sayang.Di lain pihak,seseorang yang sengaja pergi ke negeri ke negeri ke tempat kelahiran islam,dan datang untuk memperdalam pemahaman tentang agama itu,setelah berinteraksi dengan para pemeluk agama yang akan dia ikuti itu,justru memutuskan untuk mengurungkan niatnya.
            Apa yang ingin saya sampaikan dari mengutip dua atau tiga kisah itu?Menyebarkan agama kepada kawan kawan?Saya kira bukan itu.Kebetulan saja contoh kasusnya tentang orang yang “tak sengaja” masuk dan yang batal masuk islam.Saya hanya ingin berbagi pandangan bahwa pergaulan sehari hari di kantor,komunikasi dengan teman di lapangan,diskusi dengan rekan kerja apalagi dalam mengajak orang kepada kebaikan dalam agama apa pun  akan lebih efektif kalau dilakukan dengan kasih sayang dan kelembutan hati.Bukan dengan sikap kasar,bukan dengan kekerasan!
            Berbuat baiklah kepada semua orang,siapapun mereka,apa pun suku,bangsa,agama,pangkat,dan jabatan mereka.Berlomba lombalah dalam kebaikan.

                        3.Empat Ratus Tahun Beribadah
Kiai Haji Asep Toha atau Kiai Asep,demikian orang orang memangilnya.Pak Kiai adalah guru kami di Keluarga Besar Simpay Wargi,Bandung.Kami bisa menyapa kiai dan Padalarang,Bandung,ini dengan Kang Encep saja.Suaranya berat,tapi merdu.Kata kata nya padat,berisi,dan penuh makna.
            Kiai yang senantiasa berpakaian rapi ini sering menyampaikan petuahnya dalam bentuk cerita sehingga jemaah yang mendengarkan pengajiannya tidak merasa jemu mendengarkan wejangannya,juga tidak merasa digurui.Lebaran tahun lalu,pada acara silaturahmi keluarga besar kami,orang tua yang kami hormati ini menyampaikan taushiah.Dengarlah kang Encep sampaikan.
            “Nabi Musa as.bertemu dengan seseorang yang sedang beribadah di sebelah gua,”Kang Encep mulai berkisah.
            “Sudah berapa lama Anda beribadah disini?”.tanya Nabi Musa as.
            “Baru empat ratus tahun,”jawab sang ahli ibadah.
            Nabi Musa kemudian bermanjat kepada Allah.”Tuhan,surga tingkatan mana yang paling pantas,yakni akan Engkau anugerahkan kepada umatku,yang selama empat ratus tahun pekerjaanya hanya beribadah kepada-Mu?”
            Tuhan berfirman,”Akan aku lemparkan dia kedalam Neraka!”
            Nabi Musa kaget bukan kepalang.Ia bergegas menemui orang itu kembali.
                        “Kata Tuhan,kamu akan dimasukkan dalam Neraka!”
                        “Tidak apa apa,tapi saya ada suatu permintaan kepada Tuhan,”seru sang pertapa.
            “Apa permintaanmu?”tanya Nabi Musa.Ia dengan sabar menunggu.
            “Tolong sampaikan kepada Tuhan,buatlah badanku menjadi besar..besar...dan sangat besar sehingga tubuhku menutupi seluruh neraka.Dengan demikian,tak perlu ada orang lain lagi masuk neraka.Cukup aku saja!”
            “Tuhan,”seru Nabi Musa,”Ia ada satu permintaan kepada-Mu.Umatku itu minta badannya dibesarkan sehingga menutupi seluruh neraka,agar orang lain tak perlu lagi masuk ke dalamnya.”
            “Nah,kalau dia sudah ingat kepada sesama manusia,akan aku tempatkan ia dalam surga!”
            Kawan,kita sering sibuk dan terlena dengan berbagai kegiatan ibadah ritual.Karena kecintaan kita kepada ibadah ibadah itu,kadang kita lupa menyisakan waktu untuk keperluan ibadah lain,yakni ibadah horizontal,seperti kegiatan sosial.Bahkan,tidak jarang,waktu untuk tugas lain pun kita rampas untuk keperluan beribadah kepada Tuhan.
            Kita,karena mungkin terlalu sibuk melakukan ibadah vertikal ini,boleh jadi lupa bahwa ada ibadah lain yang juga tak boleh ditinggalkan adalah ibadah horizontal.Ibadah jenis ini menyenangkan dan menyehatkan.Para ustaz menyebut amalan ini sebagai ibadah ghoir mahdoh atau mualamah;orang orang lapangan menyebutnya sebagai ibadah sosial: hubungan sesama manusia.
            “Laa yu`minu ahadukum hattaa yuhibba lii akhiihi maa yuhibbu li nafsihi.”Tidak beriman kamu sebelum kamu mencintai saudaramu,seperti kamu mencintai diri sendiri.
            Nabi Muhammad S.A.W. suatu hari sedang berbincang bincang dengan para sahabat.Serombongan orang lain membawa jenazah lewat di dekat Nabi.Demi menghormati rombongan itu seketika Nabi Muhammad saw. berdiri.Para sahabat menyampaikan kepada Nabi bahwa jenazah yang lewat adalah orang Yahudi,mengapa harus menghormatinya.”Dia manusia!”kata Nabi.



                   Bagian Kedua:Kerendahan Hati


                   1.Jangan Terlalu Memikirkan Dunia
Tersebutlah seorang guru sufi yang tinggal di sebuah kampung,dekat kaki gunung.
Dia mendiami sebuah gubuk kecil sangat sederhana.Tidur hanya beralaskan tikar kasar yang sudah berlubang.Harta benda yang ia punya,selain sebuah piring,adalah sebuah gayung untuk ia akan mengambil air wudu.Sebagai seorang sufi, baginya hidup seperti itu sudah mencukupi.
            Sang guru mempunyai seorang yang belajar tasawuf kepadanya.Suatu hari,si murid hendak pergi ke negeri jauh.Ia berpamitan kepada gurunya.
            “Guru,aku akan pergi ke negeri Baidah.Barangkali guru ada pesan sesuatu?”
            “Oh ya,ada guruku disana.Temui beliau,sampaikan salam ku kepadanya.Jangan lupa,minta nasihat untukku darinya!”
            Pergilah sang murid menuju negeri itu. Setelah berbagai keperluan sang salik lakukan,tibalah waktu untuk berkunjung ke rumah kakek guru.
            Ia bertanya kepada banyak orang hal kediaman kakek guru nya.Sampailah dia ke alamat tujuan.Memperhatikan rumah guru dari gurunya,murid sufi ini merasa sangat heran.Rumah guru dari gur sufi itu sangat besar dan bagus.Halamannya luas dengan taman bunga yang indah.Disana terdapat kolam kolam dengan ikan ikan besar dan kecil di dalamnya.Indah sekali.Sangat kontras bedanya jika dibanding gubuk gurunya di kaki gunung sana.”Apa iya,ini rumah guru sufi,”bisik hati kecilnya.
            “Bagaimana kabar gurumu di sana?”tanya sang mahaguru kepada murid dari muridnya ini.
            “Beliau baik baik saja,Kakek Guru.Beliau berpesan agar saya sialturahmi kepada Kakek Guru di sini,menyampaikan salam untuk Kakek Guru,dan bermohon nasihat untuknya,”jawab cucu murid ini sambil tetap tidak mengerti dan penuh tanda tanya tentang kekayaan sang kakek guru.
            “Jadi, beliau mohon nasihat dari kakek guru disini,”kata murid sufi itu kembali.Ia mengulang pesan gurunya.
            “Sampaikan kepada gurumu,`Jangan terlalu memikirkan dunia!”
            Hampir hampir saja murid sufi ini terjatuh dari tempat duduknya.Ia tersentak oleh isi nasihat kakek guru ini.Pesan ini dari seorang kaya raya kepada seseorang yang hidupnya sangat miskin!Salahkan telinganya mendengar?Apa ini tidak terbalik?Namun,karena hormatnya kepada Mahaguru,ia tak berani melakukan konfirmasi.Dengan penuh tanda tanya,pulanglah ia ke kampung halamannya.
            “Bagaimana,bertemukah kau dengan guruku?Sudahkah kau sampaikan pesan ku?”tanya sang guru.
            “Apa nasihatnya untukku?”
            “Itulah yang membuat saya tidak enak menyampaikannya.”
            “Tidak masalah.Apa pun nasihatnya ,akan saya terima,dan moga moga saya bisa melaksanakannya .”
            “Beliau itu orang tinggi ilmu dan amalnya.Tidak mungkin berpesan tanpa makna.Katakan saja,tidak mengapa.”
            “Kakek guru itu ternyata orang kaya .Bahkan,kaya raya.Sementara guru,maaf,hidup seperti ini ,tapi beliau menasihati agar guru tidak terlalu memikirkan dunia.Saya betul betul tidak mengerti,Guru!”
            Sang guru sufi menundukkan kepala,merenung sejenak.Ia,lalu,meneteskan air mata.Entah air mata kerinduan kepada gurunya yang telah lama ia jumpa entah karena isi nasihat gurunya itu.Meskipun juga lantaran keduanya atau sebab lainya.
            Guru ini mengangkat kepala dan berkata kepada sang pembawa pesan,”Guruku itu benar!Walau beliau kaya raya,hatinya tidak berpikat kesitu.ia jadikan semua itu untuk sarana mendekati Tuhan.Ia khusyuk dalam beribadah.”
            “Sedangkan saya, walau hidup seperti ini,meski kekayaan hanya sebuah gayung,setiap kali shalat,saya selalu teringat akan benda itu.Gayung itu sangat berharga bagi saya.Ketika melakukan shalat,saya khawatir,ada yang mencuri gayung itu.Jadi,sedang shalat pun,saya selalu ingat dunia!”
Pembaca yang budiman,bahan bahan dasar kisah ini saya dapatkan dari Kang Dudu Masduki,Sahabat karib saya sejak di Pertamina,Kang Dudu mendapatkannya dari ayahnya,seorang kiai asal Gunung Halu,Cililin, Bandung ,Saya mengolahnya,agar enak dibaca dan perlu!


                             2.Aku Tak Bisa Shalat
Sarah,seseorang ibu di sebuah tempat kajian ilmu di Jakarta Selatan,menyediakan minuman dan makanan bagi jemaah.Dengan teh panas dan air kemasan yang ia sediakan;juga gorengan beserta buah buahan yang ibu ini hidangkan;jemaah pengajian dalam menuntut ilmu menjadi tenteram.
            Karena kesibukan menyiapkan makanan dan minuman bagi hadirin itulah,Ibu Sharah,walau sama seperti y6ang lain,haus akan pengetahuan,seringkali ia tidak bisa mengikuti kegiatan kegiatan menuntut ilmu itu.Demikian pula ketika orang orang melakukan shalat shalat sunah,ia pun ingin melakukan ibadah nafilah itu.Namun,kesibukan di dapur menyita waktunya.
            Dalam salah satu malam ganjil di bulan Ramadan ini banyak orang mendirikan shalat hingga puluhan rakaat.Bu Sarah kembali merasa iri dengan ibadah yang banyak dilakukan para hamba Tuhan ini.Ia, seperti pada kebanyakan kegiatan peribadahan lainya,hanya bisa menjamu para tamu.Tak cukup waktu untuk bersama sama beribadah.
            Saat orang orang sibuk dengan berbagai shalat yang rakaatnya banyak saya ke kamar mandi lewat dapur untuk memperbarui wudu.Saat itulah saya berpapasan dengan ibu yang rajin masak ini.Tidak sengaja saya mendengar bisikan hati Bu Sarah yang terlisankan di bibirnya.Ia bergumam dengan nada sedih,”Aku Tak Bisa Shalat!”
            Seketika hati saya merspons suara hati itu,”Engkau shalat dan engkau mendapatkan shalat semua orang secara keseluruhan!”
            Semua orang bisa shalat dengan tenang dan nyaman.Karena antara lain lapar dan dahaganya sudah terbayarkan oleh suguhan yang ibu ini sajikan!Ia punya andil besar dalam kekhusyukan orang orang yang shalat.
            “Barang siapa yang punya andil dalam suatu kebaikan,dia mendapat pahala dari kebaikan itu; dan barang siapa ikut terlibat dalam sebuah keburukan,ia mendapat dosa dari keburukan tersebut.”

                             3.Belajar Merendahkan Hati
Al-Junaid Al-Bagdadi,seorang sufi besar,yang menjadi salah satu rujukan utama kaum Nadhiyin dalam bertasawuf ,suatu hari kedatangan tamu.Seorang ayah mengantarkan anaknya untuk belajar tasawuf dan menjadi murid Al-Junaid.Kata murid,dalam bahasa Arab,artinya orang yang memerlukan,dalam hal ini,memerlukan ilmu dari seorang atau lebih guru.
            Mulailah si anak menjadi santri.Setiap hari anak itu di ajari dan langsung praktik membersihkan pondok tempat menginap,kamar mandi,halaman pesantren,dan pekerjaan pekerjaan bersih lainya.
            Setelah sekian lama tak berjumpa,ayah anak yang belajar tasawuf ini berkunjung ke pesantren untuk bertemu dan memantau kemajuan pelajaran tasawuf sang anak.Betapa kaget ketika dia mendapati anaknya membersihkan toilet.”Saya antarkan anak saya kesini untuk belajar tasawuf , bukan untuk membersihkan kamar mandi!”Anak itu pun kemudian dibawa pulang orangtuanya.
            Tasawuf adalah ilmu menata hati. Ia adalah pengetahuan tentang kerendahan hati.Akan tetapi,hati bagi orang awam sangat abstrak.Ibarat orang yang baru belajar melukis,mulailah dengan menggambar rumah atau pemandangan.Belajarlah menggambar gunung dengan pohon kelapa di kiri kanan jalan menuju kepadanya.Sementara,matahari diletakkan di pojok kanan  atau kiri atas.Bisa juga melukis wajah manusia,binatang,ataupun tumbuhan.Jangan coba coba ingin langsung menjadi Affandi ,membuat lukisan abstrak.Belum cukup ilmunya.Belajarlah merangkak,melangkah pelan,baru kelak ,kalau sampai waktunya....berlari.
            Menurut Al Junaid,sebelum membersihkan hati,membuang hasad dan iri hati,berdekat dekat dengan Yang Mahasuci, mulailah dengan jelas dan nyata,serta mudah dilakukan terlebih dahulu.Sebelum membersihkan hati yang ada di dalam jiwa,bersihkan dulu yang ada didepan mata:kamar tidur,dapur,halaman rumah,kamar mandi.Jangan mimpi bisa membersihkan hati yang abstrak itu kalau membersihkan kamar mandi saya tidak sudi!
            Maman Abdurrahman,sahabat saya,asli  Babakan Tarogong,Bandung,punya pengalaman menarik.Kawan yang sejak mahasiswa pun sudah sering ceramah kemana mana ini dibesarkan di lingkungan yang agamais dan santun.Kendatipun ia anak seorang uztads, karena haus akan wawasan yang lebih luas lagi,dia merasa ilmu yang didapat dari orang tua saja tidaklah cukup.Anak muda ini ingin menambah ilmu agama lebih banyak lagi.Suatu hari datanglah pemuda berperawakan tinggi besar, tetapi rendah hati,ini ke Pesantren Nurul Amal di salah satu pojok kota Jakarta.Lembaga pendidikanm itu dipimpin olej K.H. Abdurrahman Siregar.Ini adalah pesantren aneh bin ajaib.Disini tidak tau diajarkan membaca kitab kitab fikih. Para santri,sebelum membersihkan hati,dilatih untuk membersihkan diri dan lingkungan.Caranya?
            Setiap hari mereka bekerja membersihkan kompleks pesantren,mulai dari kamar tidur,masjid,pekarangan ,sampai kamar mandi dan toilet.Kalau semua sudah bersih,mereka kemudian berlomba mengisi bak mandi.Santri santri ini pergi ke sumur,menimba airnya,lalu memasukkannya ke bak.Untuk siapa?Bukan untuk diri sendiri,melainkan untuk siapa saja yang memerlukannya.Dengan demikian,siapa pun yang membutuhkannya,kapan pun mau menggunakannya,wadah air itu senantiasa dalam kondisi penuh.
            Itu adalah cara bersih bersih pertama: membesihkan diri.
            Nah,kalau masjid,pekarangan,dan kamar mandi sudah bersih serta bak bak air sudah penuh terisi,baru kemudian membersihkan lingkungan.Bagaimana melakukannya?
            Para santri dibekali dan dilatih cara membuat sabun cuci.Bahan untuk bersih bersih ini kemudian dijual ke masyarakat.Cara menjualnya pun unik.Sambil silaturahmi door to door,mereka mengumpulkan nasihat tertulis,pesan,dan kesan dari orang yang didatanginya.Mereka bisa mendapatkannya maksimal empat puluh nasihat per hari.Lama kelamaan,selain menjadi pembuat dan penjual sabun yang terampil,tak terasa mereka pun “dipaksa” menjadi setengah ustadz.Kok bisa?Ya.Karena nasihat nasihat tersebut harus dibacakan di pesantren nya di hadapan Pak Kiai dan santri lainya.Sambil berjualan sabun cuci ini,program utama membersihkan masjid,tempat berwudu,dan mengisi bak yang ada di kompleks masjid serta di tempat tempat yang mereka jumpai,tetap mereka laksanakan.Dengan demikian,di dalam pesantren bersih;di luar pesantren pun bersih.Bersih dalam,bersih luar...bersih luar dalam!
            Lantas kapan ngaji-nya?Setiap sepertiga malam semua santri dibangunkan.Mereka semua melakukan shlat malam.Seusai shalat Tahajud,Pak Kiai memimpin doa.
            Mubaligh muda yang dulu menjadi tempat saya bertanya masalah masalah fikih ini setelah menyelesaikan kuliahnya di UIN Sunan Gunung Djati,menikah dengan Susy Karmila,seorang wanita shalehah asal Majalengka.
            Kalau saya tiba tiba diminta orang untuk mengantarkan dan menyerahkan calon mempelai pria kepada keluarga calon pengantin wanita,setelah panik sebentar,saya langsung telepon sahabat saya ini untuk bertanya,apa saja yang perlu di sampaikan dalam prosesi penyerahan tersebut dan bagaimana caranya.Dengan sabar,ia pun langsung mengajari saya.
            Maman bersama keluarga sekarang tinggal di Cimahi.Selain berbisnis dan aktif mengisi pengajian dari masjid ke masjid,kawan yang senantiasa ramah ini kini sedang merintis membangun sebuah pesantren.Para tetangga dan jemaahnya memanggil beliau Ustadz Maman.Dari Ustadz ini dan keluarga nya waktu di Babakan Tarogong dulu,saya yang suka merasa pintar belajar merendahkan hati.Keluarga besar mereka adalah keluarga yang banyak ilmu,tapi semuanya rendah hati,berbeda dengan saya.

                   Bagian ketiga :Berlapang Dada
1.Nilai Nilai Kebenaran
Al-Hallaj mengalami ekstase,puncak kecintaanya kepada Tuhan,tak tertahankan.Ia tak mampu membendung kerinduan di qalbu untuk betemu Sang Khalik. Khalifah mengutus punggawa ke rumah Al-Junaid,minta pendapat trentang rencana pengadilan dan eksekusi hukuman terhadap Al-Hallaj.
            “Ditinjau dari sisi syariat,Al-Hallaj layak dihukum mati.Namun,dilihat dari nilai nilai kebenaran,sesungguhnya Allah Mahatahu.”
            Al-Hallaj di bawa ke pengadilan dan dinyatakan bersalah.Ia dituduh telah mengaku sebagai Tuhan.Dia telah kafir.Sufi besar itu diputuskan untuk dihukum pancung.Dalam kesufiannya,Al-Hallaj juga seorang aktifis politik.Ia memimpin partai Qaramithah yang berposisi terhadap pemerintah.Detik detik menjelang eksekusi hukuman,di tengah lapangan terbuka,seorang muridnya berteriak,”Guru,apakah Tasawuf itu?’’
            Al-Hallaj menjawab dengan isyarat.Ia angkat tangan kanannya.Dia gerakkan telapak tangan,memotong lehernya.Tasawuf adalah kematian!
            Menjelang ajal,Al-Hallaj berdoa ,”Tuhan,ampunilah dosa dosaku dan dosa orang orang yang membunuhku.Aku melakukan ini,sebab cintaku kepada-Mu.Mereka pun membunuhku,sebab mereka cinta syariatmu.”
            Ditebaslah leher Al-Hallaj.Kepalanya bergelinding gelinding di tanah. Ceceran darah dari leher itu membentuk kalimat “ANA AL-HAQQ!”
            Banyak sikap dan amalan orang orang tasawuf yang tidak mudah kita pahami.Apalagi kalau kita mengukurnya dengan bahasa fikih.Dalam banyak hal,keduanya bisa,bukan saja berselisihan,bahkan banyak bertabrakan!
            Ibarat kita yang suka musik dangdut(jenis musik yang kebanyakan kita suka.Ngaku saja!)disuguhi musik jazz,tak nyambunglah.Biasa akrab dengan Wak Haji Roma Irama atau Meggie Z,nonton Ireng Maulana,Bubi Chen,atau....George Benson;tulalitlah sudah!
            Nikmati saja musik masing masing.Tak perlu mengecam atau mencemooh penikmat jenis musik lain.Karena,sangat boleh jadi,kita tidak punya pengetahuan tentang musik aneh itu.Kalau ada waktu,bolehlah sedikit sedikit melirik,”Apa sih yang mereka nyanyikan?”
            Pemuda pemudi yang dalam kasmaran sering menyebut seseorang yang dicintainya sebagai si dia.”Buat siapa kamu beli banyak banyak?Setahu saya kamu belum berkeluarga ?”tanya seorang staf senior kepada kawannya yang belum dua tahun bergabung dengan institusi hulu migas suatu hari di Abudhabi.
            “Buat si dia.....lah!”jawabnya sambil mengerlingkan mata.
            Namun kemudian,terasa juga masih ada jarak antara aku dan kamu.Aku ingin yang aku cintai adalah kamu.Aku ingin yang aku cintai menyatu denganku.Sama sekali tak ada batas pemisah.Muncullah,”Laa ilaaha illaa Ana.”
            Berzikirlah sufi itu dengan,
            “Laa ilaaha illaa Ana.”
            Makna Ana disini ,adalah Aku dari yang”paling berhak”menyebut Aku,yakni Tuhan sendiri. Fariduddin Aththar,dalam Tadzkirah al-Awliya,menanyakan,”Saya heran bahwa kita bisa menerima semak belukar terbakar(mengacu pada percakapan Allah dengan Nabi Musa as.)yang menyatakan Aku adalah Allah,serta meyakini bahwa kata kata itu adalah kata kata Allah,tapi kita tak bisa menerima ucapan Al-Hallaj,`Akulah kebenaran`, padahal itu kata kata Allah sendiri!”
            Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi,mengatakan,”Kata kata`Aku-lah Kebenaraan` adalah pancaran cahaya di bibir Manshur.Sementara,Aku-lah Tuhan yang berasal dari Fir`aun adalah keilmuan.”

                             2.Atas Nama Agama
Pada acara kumpul kumpul sebuah keluarga besar di Bandung,beberapa waktu lalu,saya menyampaikan taushiah tentang ‘Membahagiakan Orang Lain`’.Selesai saya bicara,beberapa orang bertanya tentang kasus kasus keluarga yang ada hubungannya dengan topik taushiah; ada juga yang bertanya hal lain; atau malah sekadar sharing; berbagai cerita dan pengalaman.
            Seorang bapak menyampaikan bahwa ia ingin membahagiakan orang tua atau orang yang dia anggap sebagai orang tua sehingga beberapa minggu terakhir,hari harinya,ia bagi untuk orangtua dimaksud dan untuk keluarga.Akan tetapi, disisi lain,sang istri dalam jangka waktu bersamaan (sedang) memerlukan kehadiran suami lebih banyak lagi.Bapak tersebut sekarang sedang dalam dilema.
            Seorang ibu bercerita bahwa ia mempunyai sejumlah piutang di keluarga suaminya.Dia saat itu sedang memerlukan uang tersebut.Namun,untuk menagihnya,ibu ini khawatir membuat suaminya dalam posisi sulit.Dengan kata lain,ia takut membuat orang lain tidak bahagia.Padahal,yang disampaikan dalam tausiah tadi,antara lain, dengan membahagiakan orang lain,kita akan mendapatkan kebahagiaan.Malah sebelum yang menerima  pembahagiaan tadi bahagia,kita akan lebih dulu merasa bahagia(disamping,kelak,akan mendapat kebahagiaan lain).Karena ia telah bisa membuat orang lain bahagia.Bagaimana kalau membuat orang lain tidak bahagia?
            Selanjutnya,seorang profesional,yang sedang menikmati cuti agak panjang dari pekerjaannya di sebuah negara kaya minyak di Timur Tengah,berkisah tentang aktivitas pekerjaan dan pengajian bersama teman teman kerjanya di negara tersebut.”Jadi.....,”lanjutnya,”Orang Indonesia bekerja di Timur Tengah karena dua hal: mencari nafkah dan mendekati Makkah.” Ia menyarankansaya untuk mengambil cuti yang panjang,suatu waktu, dan tinggal beberapa bulan di negara Timur Tengah,agar pemahaman tentang agama lebih sempurna.”Datanglah ke sumbernya,”ajaknya.”....Amalan amalan keagamaan di negara kita,seperti aliran air sungai,sudah banyak tercemar dari aliran anak anak sungai yang membawa lumpur dan endapan lainya.Perlu datang ke hulu sungai atau mata airnya,” tambahnya.Sebenarnya,waktu beliau berkata kalimat terakhir diatas,hati kecil saya,sebagai”mantan”geologist,berkata nakal,”Justru karena ada lumpur dan endapan lainya itulah terbentuk sedimen sedimen potensial untuk ,kelak,terakumulasi minyak da gas bumi;baik sebagai batuan induk, reservoir,maupun batuan penutup.”Namun,demi menghormati orang tua,saya tak keluarkan suara usil itu.
            Sekitar tiga minggu sebelum obrolan diatas, seorang kawan,yang juga bekerja di Timur Tengah,tepatnya di sebuah negara yang mempunyai produksi minyak terbesar di dunia,yang juga sedang cuti,bercerita kepada saya dengan nada prihatin,”Saya dan keluarga dulu memilih kerja dan tinggal di Saudi Arabia agar bisa belajar lebih baik tentang islam.
            Ketika Nabi Muhammad saw.diposisikan harus melawan serangan musuh,Nabi yang mulia berpesan kepada pasukannya,”Jangan membunuh anak kecil,dilarang memperdaya perempuan,tidak boleh melukai orang tua renta.Jangan sekali kali menyerang musuh yang sudah tidak bersenjata atau yang pedangnya sudah patah,tidak boleh mengejar musunh yang sudah lari.Dilarang menghina Tuhan mereka,jangan merusak tempat peribadatan mereka,hindari dari merusak tanaman.”
Ingat,itu dalam kondisi perang! Mafhum muwafaqahnya.....apalagi dalam situasi tidak perang.
            Tuhan Mahakuasa.Banyak isyarat disebutkan dalam kitab suci,jauh sebelum hal itu terjadi.Namun juga,dalam menilai situasi yang ada,janganlah kita terlalu mudah menisbatkannya ke dalam agama.Seolah agama membenarkan suatu peristiwa itu,padahal boleh jadi,tidak ada hubungannya sama sekali. Ustadz Quraish Shihab ketika dalam sebuah pengajian ditanya tentang suatu peristiwa alam dan hubungannya dengan agama,menjawab dengan bijak,”Saya bukan ilmuwan (maksudnya,untuk ilmu yang ada hubungannya dengan peristiwa alam tersebut).Saya tidak tahu tentang hal itu.Kita perlu bertanya kepada akhirnya.Saya dengar para ilmuwan di Bandung mengetahui hal itu.”
            Menafsirkan ayat ayat kitab suci?Boleh,tentu saja,kalau punya ilmunya.



                   Bagian keempat: Keluarga
         
1.Tetap Bersama

Kring...kring...kring,”telepon seluler saya berbunyi.”Pak...ada yang mau bicara,”kata istri saya di seberang sana.
            “Siapa?Ada apa?”tanya saya.
            “Bu Tita.Ada masalah besar yang menimpanya.Ia mau cerai dengan        suaminya.”Hari itu saya bersama beberapa teman dari kantor sedang dinas di Surabaya untuk menghadiri rapat dengan pemerintah daerah setempat.Rapat dilaksanakan di sebuah hotel besar,tidak terlalu jauh dari Tanjungan.
            Diskusi sangat padat sehingga rapat baru selesai pukul sepuluh malam lebih sedikit.Acara selanjutnya adalah makan malam.
            Ketika telepon seluler saya berbunyi adalah saat peserta rapat antre untuk mengambil makanan.Piring untuk saya isi nasi dan kawan kawannya sudah di tangan.
            Kurang enak rasanya bicara masalah pertengkaran keluarga di suasana makan malam.Selain itu,terus terang saja,saya kurang bisa berkonsentrasi,karena perut saya menjerit,minta segera diisi.Makan malamnya terlalu telat.
            “Bapak akan telepon balik,lima belas menit lagi, ya.”
            Kalau masalah bersantap harus cepat,dengan porsi tetap banyak,saya sudah terbiasa.Tak ada masalah.Kalau sebaliknya,makan perlu kilat,sedangkan makanan hanya sedikit atau malah tidak bersedia,bisa gawat!
          Cepat cepat saya sikat menu di meja makan,terutama ,makanan yang jarang atau tak pernah saya jumpai dirumah.
            Datanglah saya ke warung telekomunikasi terdekat.Oh ya,waktu itu,2003-2004,harga pulsa,paling tidak bagi saya,masih termasuk mahal.Telepon seluler hanya saya gunakan untuk pembicaraan singkat.Untuk suatu,sebut saja diskusi atau pembicaraan panjang lainya,saya menggunakan jasa watung telekomunikasi.
            Setelah saya sampaikan salam,langsung saya bicara dengan Ibu Tita,”Ada apa,Bu?Ada yang bisa saya bantu?”
            “Saya mau cerai malam ini juga!”seru Bu Tita.Terdengar suaranya berat.Karena ia menahan tangis.
            Ia bercerita tentang kesalahan kesalahan fatal suaminya.”Sudah kesekian kalinya,Sudah tidak bisa dimaafkan lagi.”Saya mau minta cerai malam ini juga!” tambahnya.Bu Tita terus berbicara sambil menangis terisak isak.
            Setelah hampir sepuluh menit ia sampaikan semua yang mengganjal hatinya,yang menjadi alasan ia mau segera minta berpisah dari suaminya,saya mulai berkata kata.Saya sampaikan apa yang saya tahu dari buku buku,para guru,dan kitab suci.Saya berbicara tentang keluarga,tentang cobaan yang senantiasa menerpa,baik duka maupun suka.Juga tentang akibat dari konsekuensi bagi keluarganya.Saya minta ia menahan diri dan mendekatkan diri kepada yang Mahasuci.
            “Kalau itu kita lakukan,sesaat kita merasa puas.Akan tetapi,hasil akhirnya,pasti kita akan menyesal.Akan lebih banyak mudarat yang timbul dari manfaat nya.Masalah lain akan muncul dan mengenai,bukan saja orang tersebut,melainkan juga kita dan keluarga besar,”tutur saya.Bagaikan seorang ustadz,saya nyerocos terus bicara.
            Setelah urusan dinas selesai,saya kembali ke Jakarta.Di rumah istri saya melaporkan bahwa pasangan yang pernah berselisih paham itu,atas kehendak-Nya,tidak jadi berpisah.Mereka tetap hidup bersama.Beberapa hari kemudian,dari jarak agak jauh,saya menyaksikan suami-istri yang seminggu lalu bertengkar sengit itu sedang pergi bersama,kelihatannya mau belanja.Alhamdulillah.


                             2.Ingin Berpisah
“Assalamualaikum.” Terdengar suara tamu didekat pintu rumah.Belum sempat saya jawab salam itu, muncul lagi ucapan salam lainya,tapi suaranya berbeda.
            Saya menjwab salam dari dapur dengan agak berteriak,”Waalaikumsalam.Silakan duduk,Tunggu sebentar,ya!”
            Jum`at malam,31 Agustus 2012,sepulang bekerja di Jakarta,belum lama saya tiba di rumah.Setelah melepas kaos kaki,meletakkan tas,saya langsung ke dapur.Perut keroncongan,segera minta diisi.Sementara,istri dan anak anak sedang berada di luar rumah.
            Ketika para tamu itu datang,saya sedang mengiris bawang merah,bawang bombay,dan bawang putih,untuk segera dimasukkan ke dalam panci diatas kompor,yang sudah berisi potongan potongan kecil di wortel.Karenanya,saya minta para tamu menunggu sebentar agar saya menyelesaikan dulu pekerjaan dapur ini.
            Irisan bawang bawang itu sudah menempati posisinya di panci.Saya hampiri para tamu.”Silakan duduk dulu.Saya menyelesaikan masak dan mau makan dulu sebentar.Saya lapar sekali,perut saya perih,atau,mau makan bareng,yuk!”
            Setelah masakan itu masuk perut,segarlah badan ini.Saya kembali menemui para tamu.Fauzi dan Pipit,pasangan suami-istri dengan dua anak usia Sekolah Dasar,adalah tamu yang lebih awal datang beberapa menit sebelum Pak Ahmad,tamu kedua.Fauzi,sang suami, mendekat kepada saya.
            “Pak,ada yang mau dibicarakan dengan Bapak.Pipit minta cerai”bisik Fauzi.Dengan raut muka sedih Fauzi berbicara  pelan pelan.Saya ajak Fauzi masuk,sementara istrinya sibuk bercanda dengan beberapa binatang peliharaan kami di halaman rumah.
            Mulailah ia bercerita tentang masalah berat yang ia hadapi.”Kami sering bertengkar,Pak,dan Pipit sudah beberapa kali minta cerai.Saya sih masih sayang sama dia,tapi dia bersi kukuh mau cerai saja.”Menurut Fauzi,apa yang menjadi pemicu pertengkaran ini?”
            “Masalahnya ada saja,Pak.Kalau saya nasihati,dia selalu melawan.Saya bicara satu kata,dia lima kata .Disamping itu,istri saya itu tidak mau akur dengan ibu dan ayah saya!”
            “Loh,masa iya menantu bermusuhan dengan mertua?Kan,anak mereka menjadi teman hidupnya.”
            “Itulah,Pak .Si Pipit itu tidak mau datang ke rumah ibu saya.”
            “Apa pasalnya?”
\           “Kami,kan punya usah kecil kecilan,jualan air isi ulang.Usaha ini, alhamdulillah,berhasil.Bisnis itu punya kami, tapi dijalankan di rumah milik orang tua .Ada perbedaan pendapat mengenai bagi hasilnya.Masing masing merasa harus mendapat bagian yang paling besar.Saya berusaha menengahinya,tapi sejauh ini tidak berhasil.Mereka malah saling bermusuhan.” Pada kesempatan sebelumnya,sekitar tiga minggu lalu,Pipit,istri Fauzi,sudah juga bercerita kepada kami tentang situasi rumah tangganya;tentang suaminya yang suka berkata tidak sopan dan memperlakukan istri dengan kasar.Tak jarang,dalam pertengkaran pertengakaran keluarga itu,tangan suami melayang ke bagian kepala istri,sementara kedua anak mereka menyaksikan kejadian kejadian itu.Sang istri pun sering mengeluh atas sikap mertuanya.Pipit minta agar kami menasihati Fauzi.”Yang namanya berkeluarga,pasti ada saja perbedaan pendapat antara suami dan istri ataupun menantu dan mertua.Masing masing berasal dari keluarga,kebiasaan,dan lingkungan yang tidak sama.Begitu juga dalam mewujudkan keinginan,cita cita,penentuan prioritas,usaha,dan yang lainya.
            “Berkata kasar,menyakiti hati istri,melakukan kesewenang wenangan,berbuat zalim,dan menganiaya istri (atau siapapun) dalam literatur agama disebut al-baghyu. Al-baghyu termasuk salah satu dari dua dosa yang akan disegerakan siksanya,di dunia ini juga. Jadi, sebelum kita berharap istri berbaik sikap kepada kita,juga kepada mertuanya,tunjukkan dulu sikap baik kita kepada istri!Nanti,setelah dia merasakan perhatian dan kasih sayang seorang suami,pelan pelan kamu bicara tentang rencana perdamaian dengan orangtua.Jadi,selesaikan dulu masalah internal rumah tangga dengan sebaik baiknya,baru melangkah ke tahap berikutnya.Paham?Nanti Bapak dan Ibu juga bicara lagi dengan Pipit.”Mulai sekarang,coba lakukan ibadah ekstra untuk ‘mendekati’ Tuhan.Kamu bisa lakukan shalat Hajat,shalat Tasbih,juga Tahajud.
            Tiga bulan telah berlalu.Hari Minggu,pagi pagi,kadang hanya Pipit dan anak anaknya,kadang pula bersama suaminya,ibu muda naik motor,main ke tempat kami.Tak jarang mereka datang dengan membawa makanan ringan untuk sarapan kami.
            Alhamdulillah, satu masalah (ingin berpisah),paling tidak sementara ini,sudah terselesaikan.Namun,ini perlu dipelihara dan ditingkatkan dengan saling pengertian,saling menghormati,sayang menyayanginya antara suami dan istri,serta semakin mendekatkan diri kepada Yang Mahakasih.Setelah itu semua terwujud,semoga bisa problem kedua,komunikasi menantu dan mertua ,walau perlahan,Tuhan mudahkan.Aamiin.



                      Bagian kelima:MEMAHAMI DENGAN ILMU


                   1.MENGEDEPANKAN KEPENTINGAN UMUM
            Begitu suara azan terdengar dari masjid dekat kantor,Rabu sore,saya meninggalkan ruangan.Tidak menuju musala atau ambil wudu,tetapi menuju lift.Saya kirim pesan melalui SMS kepada kawan yang biasa bawa Innova dari dan ke Ciomas,”Kita pulang sekarang.Shalat Ashar di UKI atau Sentul saja, agar tak terjebak macet seperti kemarin.”
            Oh ya,Selasa pagi dari Bogor saya naik kereta.Bakda Zuhur mobil,tentu saja dengan sopirnya,yang pagi harinya mengantar saya ke stasiun,berangkat dari Ciomas menuju Jakarta.Rencana kami,karena ada suatu keperluan di Bandung,pukul 15.00 dari kantor,kami akan langsung berangkat ke Bandung dan pada waktu sahur,Rabu pagi sekali,berangkat kembali ke Jakarta.Saat saya telepon kawan yang bawa mobil itu (saya menduga,dia sudah lama di tempat parkir),saya bertanya,”Posisi dimana?”
            Ia menjawab,”Pas baru masuk halaman Wisma Mulia,Pak!”
“:         “Kalau begitu,kita nunggu waktu Ashar saja,sekalian istirahat dulu!”
Sekitar pukul 16.30 kami keluar Wisma Mulia.Ketika itu saya baca pesan melalui BBM dari seorang teman,”Arah Cawang cet.....macet!”
Kawan saya bilang,”Kita ke Simatupang saja lewat Bucit.”Saya lupa jalan Buncit,di luar bulan puasa pun,tiap sore dan pagi macet.Walhasil,kami nyampai di Simatupang dua jam kemudian.Saya jadi teringat lagi,ketika mengikuti pelatihan pelatihan atau rapat rapat diluar kantor.Apabila waktu shalat Jumat tiba,terjadi antrean panjang di tempat wudu. Para hamba itu berwudu dengan tertib,mencuci anggota badan yang harus dibasuh,tiga kali...tiga kali.Semakin mendekati waktu khatib naik mimbar,semakin panjanglah antrean itu.Padahal,di madrasah madrasah diajarkan bahwa diantara ilmu ilmu yang wajib di pelajari(juga diamalkan)selain Tauhid(keimanan) dan Fikih(hukum peribadahan),ada juga tasawuf(akhlak,budi pekerti).Tasawuf itu tidak berbeda dengan ilmu tentang akhlak akhlak lahir dan akhlak batin,masalah budi pekerti,hal bagaimana berkomunikasi secara santun baik kepada Tuhan maupun dengan sesama manusia.Fikih dirumuskan oleh para ulama dengan menginterpretasikan Al-Qur`an dan As-Sunnah.Fikih berkaitan erat dengan waktu,lingkungan,informasi yang masuk,dan akses ke bahan acuan,serta kapabilitas para ulama yang merumuskannya.
            Nah,ketika perbedaan pendapat ini muncul,Tasawuf atau akhlaklah yang bisa mendamaikannya.Kita mengedepankan silaturahim.Kita mengutamakan menghormati pendapat orang lain.Kita menomorsatukan persatuan,bukan perpecahan!
            “Makanya,kita perlu belajar ilmu ilmu agama.Selain Fikih,ada Qoidah Ushul Fiqh,’Ulumul Qur`an (ilmu-ilmu tentang Qur`an),’Ulumul Hadits(ilmu ilmu tentang hadis),Tarikh(sejarah),Tarikh Tasyri(sejarah perkembangan fikih),perbandingan mazhab,metodologi dan psikologi dakwah,serta masih banyak ilmu lagi.Ilmu ilmu itu didapatkan di pesantren dan di perguruan tinggi islam,atau bisa juga diperoleh di luar itu oleh para perminat perorangan.”
            “Wudu tiga kali,dua kali,satu kali; semua ada dalilnya; ada hadisnya.Bahkan,kalau kamu lagi jadi makmum dan ada sesuatu yang perlu cepat cepat dilakukan segera setelah shalat,tapi shalat imam lama sekali; kamu boleh menyelesaikan shalat sendirian,meninggalkan imam!”


                                      2.Kata dan Perbuatan
            Seorang ayah di pinggiran kota Bangkalan merasa gundah.Anak semata wayangnya memiliki kebiasaan kurang baik untuk kesehatan.Ia sangat suka makan gula gula.Itu anak setiap hari menyantap gula gula dalam jumlah banyak.Tiada hari tanpa gula gula di mulut.
            Berbagai upaya dilakukan ayahnya agar sang anak bisa mengurangu “hobinya”itu.Akan tetapi,usaha usaha itu tidak menunjukkan hasil bagus.Datanglah si Bapak bersama anak nya pada suatu hari ke Kiai Kholil.\
            “Assalamualaikum,Kiai!”seru sang Bapak.
            “Walaikumsalam,”jawab Kiai sambil membimbing tamu nya masuk rumah.
            Kepada kiai karismatik itu,si bapak mengutarakan maksud kedatangannya.Sambil tersenyum Kiai Kholil berkata kepada anak yang gila gula gula itu,”Kamu jangan makan gula gula,ya!”
            “Ya,Embah,”sahut anak itu dengan hormat.
            Pulanglah bapak dan anak itu kerumahnya.Apa yang terjadi?Sejak hari itu,tanpa diminta,si anak tidak pernah makan gula gula lagi.Bahkan,segala yang mengandung unsur gula,ia tidak mau memakannya.Sampai sampai,si ayah khawatir juga.Anak itu dulu”ekstrem kanan”,eh...sekarang jadi “ekstrem kiri”!Tanpa pikir panjang,bapak ini kembali menemui Kiai Kholil.”Nak,kamu makan gula gula sedang sedang saja!”pesan Kiai kepada anak itu.
            “Ya,Embah,”jawab si anak sambil mengangguk.
            Sebelum berpamitan,ayah anak itu bertanya kepada Kiai Kholil,’Apa rahasianya sehingga apa yang Kiai ucapkan dikiti anak saya?”
            “Waktu saya bilang sama anakmu,’Jangan makan gula,’sejak itu saya tidak makan gula!” Seorang Ustadz memberikan wejangan kepada orang orang yang bekerja di rumahnya.Diantara nasihatnya,”Kalau kalian memberi sesuatu kepada seseorang,berikanlah yang terbaik.Jangan memberi apa yang kamu paling tidak suka.Jika kita memberikan sesuatu,karena memang benda tersebut sudah tidak  kita perlukan lagi atau malah sudah tidak bisa gunakan lagi,itu namanya bukan memberi,tetapi menitip; menitipkan barang untuk dibuang!Sekali lagi,berikanlah yang baik baik.”
            Waktu berlalu.Serombongan kecil tamu datang kepada ustadz.Tibalah waktu makan.Seorang pelayan menghidangkan santapan siang dengan menu yang tidak biasa.
            Menu siang itu selain sayuran juga tersaji potongan potongan daging,ayam goreng dan sup ayam.”Kamu rupanya pintar masak juga,”kata ustadz kepada pelayan yang belum lama bekerja di keluarga guru ngaji itu.”Saya kira untuk menghormati kaum kerabat uztadz,yang datang dari tempat yang tak dekat ,tidak ada salahnya kita suguhkan masakan yang lezat.Hidangan terbaik.”
            “Setahu saya,itulah milik Ustadz yang terbaik.”Apalagi kalau yang mengeluarkan kata kata yang keluar dari hati bersih,diucapkan oleh orang yang bersesuaian dalam kata dan perbuatan,akan masuk ke dalam hati pendengar.Apalagi kalau yang mengeluarkan kata kata itu seorang saleh dan berilmu.Kata kata itu bisa menjadi penuh makna dan membentuk lingkaran pengaruh yang kuat,bahkan dominan bagi pendengarnya.Sebaliknya,kita tidak bisa berharap terlalu banyak bahwa orang orang dalam “komando” kita mengikuti dan laksanakan dengan baik apa yang kita tugaskan kepada mereka,kalau kita hanya berkata dan tidak melakukannya untuk diri sendiri.
            Banyak petinggi di pelosok negeri dan pejabat di beberapa lembaga berbicara tentang betapa perlu memelihara etika,menjunjung budi luhur, menghormati pendapat orang lain,atau... betapa penting mengencangkan iat pinggang.”Tapi,mengapa petuah para petinggi dan nasihat para pejabat sering tidak kena di hati rakyat?Mengapa,dalam praktiknya,banyak pemuka,alih alih memberi teladan dalam bersikap bijak,malah suka memaksakan kehendak?Jangan jangan,kata kata yang suka diucapkan itu....hanya hiasan,atau....mereka yang terhormat itu berakhlak amit amit kebalikan dari yang mereka katakan?” tanya seorang pekerja kantor desa,yang tiba tiba muncul disitu.
            “Ah,kamu ini berburuk sangka saja!” seru temannya.
            “Bukan begitu.Saya hanya ingat ucapan kiai di kampung dulu,waktu saya belajar mengaji.Kiai mengutip kitab suci,
            ‘Kamu suruh orang lain berbuat baik,tapi kamu lupakan dirimu sendiri.Apakah kamu tidak berakal?”
            ‘Mengapa kamu berkata apa yang tidak kamu lakukan? Sungguh besar murka Allah,jika kamu berkata,tapi kamu tidak berbuat.”
            Kita berlindung kepada Allah dari hal hal seperti itu.


Ciomas,23 Juli,menjelang tengah malam.


                                      3.Merasa Pintar
            Istri saya,Sri wardhani,walau menurut saya membaca Qur`annya tidak lebih bagus dari pada suaminya,setiap pagi dan malam (mungkin juga siang hari) mengaji.Saya menilai,dia perlu lebih banyak lagi belajar.Sementara,saya yang merasa sudah agak bagus dalam membaca Al-qur`an,tidak tiap hari mengaji.Kadang baca, kadang tidak.Tidaknya lebih banyak daripada membacanya.
            Kami,saya dan dua anak laki laki kami(dua anak lainya sedang tidak ada di ruangan itu)yang sudah enak membaca Qur`an,suatu pagi,bakda Subuh,bergabung dengan istri saya sedang melakukan kegiatan rutinnya di awal pagi,tadarus,membaca Al-Qur`an.
            “Kita tadarus bersama,ya!Mengajinya bergantian,yang satu baca,yang lain memperhatikan.Kalau ada yang salah cara bacanya,dibetulkan,”ajak saya.
            Istri saya yang melanjutkan kegiatan yang sedang dilakukannya mendapat giliran pertama.Ia tinggal meneruskan membaca ayat ayat yang sebelumnya dia sudah baca.Walau caranya membaca pelan,tajwidnya jelas.Urutan kedua tadarus, anak kami yang belajar di SMP, dilanjutkan dengan yang sekolah di SMA.Keduanya lancar, nyaris tanpa cela.Bacaan Al-Quran Iki,menurut saya,walau masih di SMP,lebih bagus dari pada Isal,yang sudah di SMA.Bahasa Inggris dan Arab Iki pun, kelihatanya, lebih aktif dibanding kakaknya.Kalau berbicara kepada saya anak ketiga kami ini suka pakai salah satu dari kedua bahasa itu.Pura pura mengerti,saya suka meladeni percakapan bahasa asing itu.”
            “Paaak... orang yang ilmunya baru sedikit dan belum mendalam memang biasanya seperti itu.Kalau orang itu sudah pintar,dia jarang bicara,”kilah Isal dengan gaya menasihati.
            Sambil tertawa,kepada anak kedua yang sudah mulai banyak bergaya ini saya bilang,”Hebat juga kamu menjawab.Selain “pintarnya”, gaya  sombong Bapak sudah menurun juga sama kamu,Sal!”
            Kami kembali tadarus lagi.Setelah kedua anak kami itu,tibalah giliran bapaknnya.Saya menjadi peserta terakhir.Rupanya,anak anak ini pro ibunya.Saat saya membuka mulut untuk membaca,Isal dan Iki,serta tentu saja dibarengi ibunya sudah bersiap siap mencari kesalahan bacaan saya;agak grogi juga.Masalahnya,hampir tiap ayat yang saya baca selalu mereka dapati kesalahan didalamnya.
            Dalam suatu ain,tidak terhitung temuan yang mereka dapatkan.Saya tatap wajah istri saya.Ia menampakkan wajah ceria penuh kemenangan.Mungkin dia bilang dalam hatinya,”Tahu rasa,ya!”
            Akhirnya,dengan terpaksa,harus saya akui bahwa diri ini yang merasa  sudah agak pintar ternyata harus banyak belajar lagi.Disisi lain, istri saya yang bacaan Qur`an-nya sering dianggap kurang lancar di mata anak anak yang lebih layak menilai ketimbang bapaknya kesalahan bacaannya.....minimalis!
            Begitulah kalau kita menulis seuatu hanya dengan takaran sendiri dan tak peduli pada alat ukur orang lain yang boleh jadi lebih akurat.
            “Semut di seberang lautan tampak jelas.Sementara,gajah di depan mata tidak terlihat.”
            Wastaghfirullaah walhamdulillaah.Saya beristigfar atas ketinggian hati diri dan bersyukur atas kepintaran anak anak,juga ibunya.
            
 Demikian Rangkuman “Buku Tentang Kebaikan” jika ada kelebihannya ,ehhh salah- salah maksud q kekurangan mohon maaf karena saya masih bocah sekolah :V .Semoga bermanfaat Rangkuman Buku ini untuk kalian semua para pembaca dalam kehidupan kalian sehari hari....
Wassalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh....

Comments

Popular posts from this blog

SOAL PEMBAHASAN OSN BIOLOGI SMA INTERNASIONAL TAHUN 2018/2019

Tips dan strategi penyerangan Townhall level 8(TH 8)

soal dan pembahasan biologi tentang sistem pernapasan dan sistem eksresi